Kenapa kehidupan itu ada?. Kehidupan ada karena ada yang memulainya. Karena ada yang Maha hidup, yang menciptakan segala sesuatu hanya untuk menyembah padaNya, untuk mengabdi padaNya. Allah memerintahkan hambanya untuk menyembah padaNya bukan karena Allah membutuhkan amal ibadah kita, Allah itu Maha kuasa yang kekuasaanNya absolut dan tidak dapat diganggu gugat. Apapun yang terjadi, apakah hambaNya menyembahNya atau tidak, kekuasaanNya tetap Maha kuasa. Tapi mengapa masih ada manusia dan jin yang membangkang dari perintah Allah. Memang manusia ini hanya bisa mengeluh sebanyak-banyaknya tapi dengan banyaknya keluhan tersebut masih ada juga kesombongannya.
            Kalau hidup hanya untuk tidur, maka koala juga bisa tidur bahkan lebih lama. Kalau hidup hanya untuk makan, maka gajah juga bisa makan bahkan lebih banyak. Dan kalau hidup hanya untuk “berak”, maka babi juga bisa berak. Jadi, dedikasikanlah hidup ini hanya untuk beribadah dan mengabdi sebanyak-banyaknya kepada yang memulai dan mengakhiri kehidupan, yang Maha menghidupkan dan Maha mematikan, yaitu Allah. SWT.
            Manusia dan jin harus mempertanggungjawabkan hidupnya, jadi mereka harus mempergunakan hidupnya untuk hal-hal yang diperintahkan oleh Allah. Tidak seperti binatang dan tumbuhan yang hanya hidup sekali, setelah itu mereka akan menjadi tanah. Lihatlah seekor anak kucing, hari-harinya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan, dia berlari kesana kemari, mengejar kupu-kupu dan bermain bersama anak-anak kucing lainnya. Setelah itu mereka juga akan tumbuh besar  kemudian akan tua dan mati. Setelah seekor kucing mati, maka ketika hembusan nafas terakhirnya itu maka telah berakhirlah kehidupannya selama-lamanya. Dia tidak akan dibangkitkan, tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka lakukan ketika hidupnya, tidak akan disuruh melewati titian Shirathal mustaqim yang berada di atas jurang neraka itu. Begitu sederhana hidup mereka, sampai-sampai Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A pernah berkata, “Alangkah baiknya jika aku dijadikan sebatang rumput”. Beliau berkata demikian karena rasa takutnya kepada hisab Allah. Begitu mulianya mereka tapi masih merasa lebih baik jika dijadikan sebatang rumput karena takutnya kepada Yaumul hisab. Tapi kita yang hina ini, yang belum tentu masuk surga bahkan lebih mudah masuk neraka masih saja santai-santai dengan kehidupan dunianya sampai mau menjual imannya demi mendapatkan kesenangan duniawi.
            Dunia itu memang diciptakan untuk manusia, tapi manusia tidak diciptakan untuk dunia, manusia itu diciptakan untuk menuju akhirat. Jangan sampai kita terlena dengan tempat persinggahan yang hina dina ini. Dunia ini tidak nyata, ia hanyalah fatamorgana yang tampak indah tapi sebenarnya tidak ada. Dunia ini ada agar manusia bisa singgah sebentar untuk bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan yaitu akhirat. Dunia ini seperti ladang, apa yang kita tanam maka akan kita panen. Jika kita menanam bibit unggul, maka kita akan memanen hasil yang baik. Perawatannya pun menentukan hasil, walaupun kita menanam bibit unggul  tapi kita tidak merawatnya dengan baik, maka tanaman kita akan habis diserang hama. Dalam hal ini hama merupakan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan baik dengan sengaja maupun tidak sengaja yang menyebabkan pahala dari amalan yang kita lakukan menjadi gugur, seperti perbuatan riya dan amal yang tidak ikhlas.
            Hidup di dunia ini mengalami perubahan karena “perubahan adalah kehidupan”. Dalam kehidupan di dunia ini yang pada awalnya masih primitif berubah terus sampai menjadi sangat maju seperti sekarang ini. Tapi dunia ini tidaklah terus menerus maju dan berkembang karena zaman itu berputar seperti roda, suatu bagiannya kadang berada di bawah kadang di atas. Mungkin kini perkembangan zaman sudah hampir mencapai puncak, tapi yang namanya roda jika sudah sampai puncak maka akan segera turun ke bawah. Begitulah dunia ini.
            Manusia ada di dunia ini diutus sebagai khalifah di muka bumi bukan untuk menjadi tuhan di muka bumi. Tapi manusia dengan lagak sombongnya ingin menguasai bumi ini dan berkuasa sesuka hatinya kemudian menggunakan HAM sebagai jalan untuk menguasai dunia. Hak inilah hak itulah, melanggar inilah melanggar itulah. Tapi jika mereka yang melanggar, mereka diam dan tidak mau mengakui kesalahannya. Memang benar kita ini harus taat pada ulil amri, taat pada peraturan. Tapi mereka sendiri yang merupakan para ulil amri yang membuat peraturan tersebut malah mereka sendiri yang melanggar peraturan itu dan tidak mau mengakui kesalahannya.
            Kenapa orang sekarang selalu mengejar-ngejar uang, bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang?. Karena dunia sekarang ini bisa dikuasai dengan harta dan jabatan. Jadi orang mengejar-ngejar uang agar jika dia melanggar peraturan maka dia bisa membayar penegak hukum untuk meringankan atau bahkan menghapus hukumannya. Dan melawan peraturan lalu membayar pemerintah. Itulah kehidupan dunia yang sesaat, tapi tipuan dan fitnahnya sangat besar sehingga membuat manusia terlena dan melupakan tujuan akhir mereka.
  

Lampeuneurut, 15-September-2015

               Fathin Shafly


1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post