Kemerdekaan tidak didapat dengan canda tawa

             Indonesia berada dalam penjajahan belanda selama 350 tahun dan jepang selama 3 tahun. Selama masa penjajahan ini banyak dilakukan perlawanan oleh kalangan pemuda, ulama, dan lainnya sampai akhirnya kemerdekaan bisa tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta. Peringatan proklamasi kemerdekaan ini diperingati setiap tahunnya dengan upacara bendera dan berbagai macam lomba seperti lomba panjat pinang, makan kerupuk, balap karung, dan lain-lain. Pertanyaannya adalah : Apakah dengan mengikuti lomba-lomba seperi lomba makan kerupuk seorang anak bisa memaknai bagaimana perjuangan untuk menggapai kemerdekaan? Apa hubungannya?.  Kita yang hidup di zaman sekarang ini, yang tidak merasakan bagaimana rasanya dijajah, merayakan kemerdekaan dengan bersenang-senang, kita lupa bahwa para leluhur kita dahulu mendapatkan kemerdekaan bukan dengan lomba makan kerupuk, bukan dengan lomba panjat pinang, mereka mendapatkannya dengan pengorbanan harta, ilmu, bahkan jiwa. Kemerdekaan didapatkan dengan tangis, dengan merasakan bagaimana ketika orang tua, anak, istri, atau saudara dibunuh. Kemerdekaan diraih dengan menjadi buronan dengan nasib tak jelas antara hidup dan mati. Usaha mencapai kemerdekaan membutuhkan pengorbanan, karena kemerdekaan didapat bukan dengan tawa.

 Mungkin jika kita yang hidup sekarang ini, yang merayakan kemerdekaan dengan pesta dan senang-senang, pernah hidup penjajahan, pernah melakukan perjuangan melawan penjajah, mungkin kita akan memperingati kemerdekaan dengan menangis, mengingat bagaimana dulu berjuang dengan darah, mencurahkan segenap tenaga demi mendapatkan kemerdekaan. Tapi keturunannya sekarang memperingati kemerdekaan dengan canda tawa, dengan lomba-lomba tidak bermafaat. Kemerdekaan dicapai dengan darah tapi diperingati dengan canda tawa.

Apa yang sudah dicapai Indonesia setelah merdeka 71 tahun yang lalu?. Jepang yang menjajah Indonesia, yang mendapatkan dampak paling besar dari Perang Dunia II, yang kehilangan dua kota besarnya pada tahun yang sama dengan kemerdekaan Indonesia, mereka telah menjadi negara maju dalam kurun waktu yang sama dengan Indonesia. Mereka yang dulu dihancurkan dengan nuklir kini berteman dengan nuklir, mengambil manfaat dari nuklir. Sedangkan Indonesia setelah 71 tahun merdeka, nuklir saja belum punya. Mungkin kalau Indonesia yang waktu itu dibom nuklir, mungkin saja Indonesia ini sudah tidak ada lagi, hanya tinggal. Indonesia mungkin akan menjadi negara paling miskin di dunia, negara yang untuk makan saja berharap dari PBB. Indonesia punya SDA yang berlimpah, punya wilayah yang sangat luas, punya orang-orang yang ahli di bidangnya. Tapi jika ada orang hebat yang berasal dari Indonesia, kebanyakan tidak digunakan di negerinya sendiri, padahal di negara lain dia dicari, dihargai, dan mau dibayar dengan harga berapapun.

Kembali ke masalah kemerdekaan. Menurut saya, lebih baik kemerdekaan diperingati dengan melakukan muhasabah, dengan melakukan intropeksi diri, mengingat bagaimana perjuangan nenek moyang kita dulu berjuang untuk meraih kemerdekaan, kemudian memikirkan apa saja usaha yang belum kita lakukan untuk memajukan negara kita yang tercinta Indonesia. Karena kita sebagai manusia hanya bisa berusaha, tuhan yang menentukan.  Man propose, God dispose.

19 Agustus 2016

2 hari setelah peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Ke-71

Lantai II SMA Plus Al-‘Athiyah Banda Aceh

Dari saya, Fathin Shafly untuk masa depan generasi muda Indonesia.

MERDEKA!!!